Komunitas Salihara Jakarta merupakan pusat kesenian multidisiplin milik swasta pertama di Indonesia yang didirikan oleh Goenawan Mohamad, sastrawan dan mantan pemimpin redaksi Majalah Tempo. Dikutip oleh Wikipedia.
Komunitas tersebut menghadirkan 7 Tarian unik yang dihadirkan untuk pecinta tarian-tarian di Tanah Air, namun saya hanya menghadiri satu tarian saja yakni (A)part, sedangkan adapula yang bernama The Seen and Unseen, Holy Body, X , Ad Interim, Three Airs & The two doors, Showcase.
Tapi tarian terbaru tersebut sudah terjadwal dan terstruktur kapan akan mereka tampil sekaligus saya juga akan berikan informasi singkat dimulai dari :
Tarian Unik di Komunitas Salihara Jakarta
1. Tarian (a)part
Tarian ini memang sungguh unik yakni mencoba menceritakan kehidupan masyarakat urban yang tinggal di apartemen dan rumah susun. Karya ini melibatkan delapan penari dan menggabungkan bentuk tari dan teater tubuh.
(a)part juga dipadukan dengan seni instalasi abstrak yang terbuat dari pipa PVC yang dibagi menjadi sembilan bagian, sebagai metafora kamar-kamar yang ada di dalam gedung apartemen dan rumah susun. Karya ini dikemas dengan pemetaan multimedia, efek lampu ultraviolet dan cat fosfor untuk lukisan badan (body painting).
Serta ini tampil pada tanggal 6 Juli 2019 pukul 20:00 di daerah Jakarta Selatan dan gambar dipotret oleh Doc. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya sebagai penunjang photographer dalam pentas tersebut.
2. The Seen and Unseen
The Seen and Unseen terinspirasi dari film karya Kamila Andini berjudul sama yang pernah beroleh predikat “Film Terbaik” dari Berlin Film Festival (Berlinale) 2018. Pertunjukan ini menggabungkan seni tari, musik langsung, skor elektronik dan menciptakan perpaduan gerakan tari tradisional Bali dengan pendekatan kontemporer ke arah teater.
The Seen and Unseen berangkat dari filosofi masyarakat Bali “Sekala Niskala” yang berarti keseimbangan antara realita dan spiritual. Karya ini melibatkan Ida Ayu Wayan Arya Satyani sebagai koreografer dan sejumlah seniman dari Indonesia, Jepang dan Australia.
Pertunjukan ini akan tampil pada tanggal 15 – 16 Juni 2019, 20:00 WIB dengan merogoh kocek sekitar untuk umum Rp 65.000, sedangkan Rp 35.000 untuk mahasiswa/pelajar.
Sedangkan ada 3 Tiga koreografer yang tampil pada Helatari 2019 adalah koreografer/kelompok tari terpilih undangan terbuka yang di adakan pada 2018 dengan nama diantaranya Anis Harliani Kencana Eka Putri, Ayu Permata Sari dan Eyi Lesar. Mereka inilah menciptakan tari Holy Body , X dan Ad Interim atau disebut dengan “Panggung Tari Baru”.
3. Holy Body
Menurut hasil dari pengamatan koreografer, ada ukuran-ukuran ideal yang harus dimiliki oleh penari perempuan untuk bisa menerima pesanan tari (komersial). Holy Body menawarkan konsep tari dokumenter yang berangkat dari riset tersebut dan mempertanyakan adakah tubuh yang ideal dalam estetika tari.
Kemudian ada si Anis Harliani merupakan koreografer yang pernah berkolaborasi untuk pertunjukan Us/Not Us (2018) produksi Bandung Performing Arts Forum di Asian Dramaturg Network. Beliau pernah mengikuti program Koreografer Muda Potensial di Indonesia Dance Festival 2018.
4. Tari “X”
Karya ini adalah pengembangan motif “samber melayang”, salah satu motif dalam tari Sigeh Penguten (Siger Penguntin), sebuah tarian kreasi dari Lampung. Tarian ini mulanya adalah tari persembahan atau penyambutan untuk orang-orang terhormat, tetapi kali ini akan dilakukan tanpa musik, menggunakan kostum keseharian yang sederhana.
Ayu Permata Sari pernah berkolaborasi dengan koreografer luar negeri seperti Eisa Jocson (Filipina), Bethani (Amerika Serikat), Edgar Freire (Ekuador) dan Anne Maria (Jerman). Ia memperoleh penghargaan “Jasa Bakti” di Festival Teknologi dan Seni ASIA di Johor Malaysia 2018.
5. Ad Interim
Ad Interim mengangkat tema perbedaan dan sifat bertolak belakang di masyarakat yang seharusnya dapat menjalin harmoni dan keseimbangan hidup. Seorang penari tunggal akan berkolaborasi dengan musisi yang menggunakan teknologi sensor gerak.
Ekspresi yang dihasilkan merupakan perpaduan antara gerak, musik dan tata cahaya. Eyi Lesar pernah beroleh Hibah Seni Inovatif dari Yayasan Kelola untuk karya Who Are You (2018). Ia pernah mengikuti showcase tari di SIPFest 2018.
Sekedar informasi bahwa 3 tarian tersebut akan tampil pada tanggal 22 – 23 Juni 2019, pukul 20:00 WIB dengan harga Rp 65.000 untuk umum dan Rp 35.000 untuk mahasiswa/pelajar.
6. Three Airs & The Two Doors
Na Hoon Park akan membawakan dua karya pentingnya. Three Airs membangun cerita tentang kehidupan manusia melalui tiga orang penari yang berlaku sebagai “organisme” udara. The Two Doors mengungkapkan makna dan rahasia penari melalui pernyataan-pernyataan saling bertentangan yang dilontarkan si penari.
Na Hoon Park adalah koreografer yang pernah terpilih sebagai seniman baru berbakat dari Dewan Kesenian Korea Selatan pada 2003. Karya Three Airs pernah beroleh penghargaan dalam 3rd Performing Arts Market (PAMS) di Seoul, Korea Selatan.
Ia telah tampil di sejumlah negara, mengikuti program kerja sama budaya serta pernah menjadi seniman mukiman di Jerman, Italia, Amerika serikat dan tarian tersebut akan tampil pada 29 Juni 2019, 20:00 WIB dengan harga masih “senada” yakni Rp 65.000 untuk umum sedangkan Rp 35.000 untuk pelajar.
7. Showcase
Komunitas Salihara menyelenggarakan program seniman mukiman (artist-in-residence) untuk artis dan seniman dari dalam maupun luar negeri secara berkala. Kali ini bekerja sama dengan STRUT Dance Australia, Komunitas Salihara menerima Natalie Allen dan Samuel Harnett-Welk, dua koreografer dari Australia selama Helatari Salihara 2019.
Karya yang mereka bawakan dalam showcase Helatari Salihara 2019 adalah karya hasil selama menjalani program seniman mukiman dan harganya pun masih sama seperti Rp 65.000 untuk umum sedangkan Rp 35.000 untuk pelajar/umum.
Kesimpulan
7 tarian ini yang bakal menghiasi teater di Komunitas Salihara 2019 dengan harga tiket masuknya pun terbilang cukup murah kisaran Rp 65.000 untuk umum, sedangkan Rp 35.000 untuk pelajar/mahasiswa dapat menyaksikan panggung tersebut dan perlu diingat bahwa masuk dalam teater kita tidak diperbolehkan merekam adegan tarian tersebut.
Jika ingin merekam atau memotret harap hubungi pihak pengelola teater atau bagian official disana untuk hal dokumentasi. Kemudian kita juga bisa belajar mengambil hikmah atau arti yang dipentaskan didalam teater tersebut, karena punya estetika gemulai dalam gerakan si penari maupun dekorasi disuguhkan sangat sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.
Oh iya diantara 7 tarian tersebut manakah yang paling unik dan paling sesuai kegiatan sehari-hari? Bisa berikan jawabannya melalui kolom komentar yang sudah disediakan.
Foto & Doc for http://www.salihara.org/programs/dance
Asli unik ini mas, aku belum pernah lihat tarian begini. Tapi sejauh ini aku kayaknya salah satu orang yang juga belum bisa memahami makna tarian sejenis ini, mesti nonton dulu kayaknya
Awalnya saya juga tidak paham atau mengerti apa itu tarian.
Tapi setelah menonton langsung, baru bisa menilai karya seninya itu bagaimana.
Aku salah satu orang yang belum paham lihat tarian-tarian kayak gini. Mgkn akunya kurang nyeni ya. Tapi salut buat yang bisa bikin-bikin kayak gini 😀
Iya mba, koreography nya ngena banget dihati.
Jadi pengen nonton lagi deh.
Patah hati aku! Eventnya udah berakhir semua ya, Ko? Juni? Padahal aku suka lho dan udah lama ga nonton pertunjukan seni. Rindu.
Iya betul mba, tanggal 06 Juli 2019 tontonn terakhir,
Berbagai jenis tariannya menarik ya, beberapa kali mengetahui ada acara kesenian di Salihara Jakarta. Saya kira sebatas pameran lukisan dan karya saja, ternyata ada pertunjukan tarian unik. Harga tiketnya pun cukup terjangkau.
Iya koh bener ternyata tarian jika dikolaborasi dengan kehidupan sehari-hari keren juga hasilnya.
Jadi pengen nonton lagi. 🙂
Wah aliran-aliran baru mengenai seni dalam tarian nih, harganya buat mahasiswa masih murah juga cuma 35rb. The Seen and Unseen, Holy Body, dan The X terlihat mengajak sekali untuk dinikmati pertunjukannya :3
Harga nya masih ramah banget dikantong mba,
Saya juga pengen ntn lagi, kalau teater nya masih ada mah. 🙁
Seni tari merupakan seni yang kompleks. Sulit aku paham makna di balik tarian. Tapi aku suka aja kalau lihat tari yang unik-unik.
Aku juga kurang paham kalau tarian, tapi kalau melihatnya kadang ikut terbawa suasana.
Jadi mulai mengerti apa arti setiap gerakannya.
Ad interim itu aku tertarik deh. Tapi overall semuanya menarik. Aku bahkan baru tau nama tariannya. Dan ada filosofi tiap tarian
Iya betul mba setiap tarian memiliki filosofinya.
Oh,,, kayak tari modern gitu toh, yang menariknya kita sebagai penikmat bisa menginterpretasikan makna dan pesan tarian yang sama dengan hasil yang berbeda,
Iya bener banget mba ini tarian modern, saya juga pangen ntn lagi.
Tapi sekarang sudah tidak ada lagi,
Keren-keren ya tarian nya. Sebenarnya aku suka nonton karya seni seperti di atas, tapi kadang enggak tahu info pertunjukan nya. Kalau ada lagi mau dong diinfokan
Boleh..boleh nanti aku infokan melalui IG iya mba. ( @eko.prasetyo_art)
Festival tarian yang unik dan bahkan gue belum pernah lihat ini kayanya layak untuk disaksikan ya ko hahhha tapi sayang ah tiket mahal beud dah diskon ga bisa apa
Harga sudah murah loh dik.
Lebih murah dari nonton bioskop..
Hahahah
Kan loe masih mahasiswa. :p
Komunitasnya kayak nama jalan di Pasar Minggu, eh iya kan ya? 😀
Nomor satu kali ya yang lbh menggambarkan realita yang skrng.? Kalau lainnya lebih ke budaya, sedangkan yang terakhir lbh universal gtu #sokteu
Iya betul mba, di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Haduuuuu ngebaca ini jadi kangen banget main ke Salihara. Udah lama gak ke sana. Sebagai anak fakultas seni aku merasa gagal wkwkwk
Hayuk mba kapan2 nonton teater,
dan jangan lupa ajak suaminya ikut.
Hehehehw
Menurut saya, tarian urutan 1. Sesuai dengan kehidupan sehari2 seperti yang ingin disampaikan melalui gerakan2 tariannya. Unik juga karena menggunakan pipa2 pvc. Saya jadi ingin menontonnya.
Tahun depan semoga ada lagi festivalnya iya mba, Amin..
Jadi ini nari sambil cerita gitu ya. Harus anteng gitu ga sih pas liatnya? Biar ga kehilangan momen. Hehe
Iya sambil nari menunjukan keseharian di lingkungan sekitar.
Heheheh